Cerpen Gaje


Cerpen – Maafkan Aku



 Talita sudah hampir melewati tahun ke-empat, sejak Levina putus dengan Faris, namun keakraban yang masih terjalin di antara keduanya nyaris membuat Levina tak pernah merasakan kesendirian setelah berpisah dari Faris. Bisa dibilang mereka memang putus secara lisan, namun secara fisik tidak. Antara Levina dan Faris masih terjalin komunikasi dan mereka sering jalan bersama.Kata orang hubungan seperti ini rawan CLBK (cinta lama bersemi kembali). Tapi dulu Faris pernah bilang bahwa dia penganut paham ANTI “teklek kecebur kalen” yang artinya daripada nyari pacar baru mending balikan sama mantan. Intinya, Faris anti balikan lagi sama mantan. Kalo begitu berarti TTM (teman tapi mesra) dong..? Auk ah gelap! Levina tak mau ambil pusing, apalagi saat ini dia pun sudah punya pacar baru, namanya Farel.
Faris tau kalo Levina sudah punya pacar baru. Levina sendiri yang bilang begitu kepadanya. Namun entah mengapa ia merasa belum siap jika harus kehilangan kebersamaan dengan Levina.
” Akh, lagian Vina sendiri juga mau aja diajak jalan”, batin Faris menghibur rasa bersalah yang tiba-tiba terbersit.
Hanya Farel saja rupanya yang tidak tau bahwa pacarnya yang cantik itu masih kerap jalan dengan sang mantan. Maklumlah, dia berada di luar kota karena mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Negeri di Yogyakarta. Sedangkan Vina dan Faris keduanya tetap kuliah di kota asal, Jakarta.
” Ini kan bukan cinta segitiga. Aku sama Faris cuma temenan kok. Memangnya salah…??”, kata Levina pada sahabatnya Cindy, yang sedang menanyakan perihal kedekatannya dengan Faris.
” Iyaa.. salah”, jawab Cindy hati-hati takut menyinggung sahabatnya.
” Tapi aku sama Faris itu nggak pernah ngomongin perasaan. Dia juga tau kok aku punya pacar”, kata Vina lagi. Dalam hatinya dia mulai ragu, apakah memang yang di katakan Cindy benar adanya.
” Hmm.. Coba gimana kalo keadaannya dibalik aja. Gimana kalo ternyata diam-diam selama ini Farel jalan sama mantannya juga. Kamu terima? ” sambung Cindy lagi. Vina menggeleng.
” Enggaklah.. Aku nggak mau” jawabnya pelan.
Sejak percakapan itu hati Levina makin tak karuan. Dia terus bertanya pada diri sendiri apakah sebaiknya tetap akrab dengan Faris ataukah membatasi diri karena dia sudah menjadi milik Farel. Vina cinta sama Farel, tapi dia juga sayang sama Faris. Apalagi keluarga Faris juga sudah dekat dengannya. Rasanya nggak enak jika ia menolak ajakan Faris untuk jalan bareng, apalagi Vina sendiri juga merasa aman bersama Faris.
Kadang dia bertanya-tanya apakah Faris masih mencintainya. Faris orangnya sangat tertutup.sewaktu pacaran dulu saja, ia sangat jarang mengumbar kata cinta. Apalagi sekarang. Vina juga malu jika harus menanyakan langsung perasaan Faris kepadanya. Takut dikira ke GR-an.
” Kamu sering jalan-jalan juga ya sama pacarmu? ” tanya Faris suatu sore saat mereka makan bersama di sebuah foodcourt.
” Iya, sering. Hobi kami sama, wisata kuliner” jawab Levina dengan mata berbinar-binar. Sekilas rasa rindu pada Farel merasuk di dada.
” Kamu suka sama dia..? ” tanya Faris. Hmm.. Sebuah pertanyaan yang aneh untuk dipertanyakan. Namun Vina mengangguk pelan.
” Dia butuh aku..” katanya kemudian
” Maksudmu..? ” tanya Faris.
” Dia pernah bilang butuh aku. Kadang kami menangis bersama saat melewati masa yang berat. Dia nggak sekuat kamu. Aku yakin kalo kamu bisa melewati apapun tanpa aku.. “
Dewa menatap dalam ke arah Vina. Entah apa yang dipikirkannya. Akh, Vina.. Engkau kan tau Faris bukan pria yang pandai merangkai kata.
” Kamu aja yang nggak tau, Vin…” kata Faris.
Vina hanya diam, enggan menanyakan apa maksudnya. Tiba-tiba ia merasa nggak nyaman pembicaraan telah berubah jadi serius.
Oh Tuhan, semoga aku nggak salah mengambil keputusan, doa Levina dalam hati.

###September datang.

Vina telah memutuskan jauh-jauh hari untuk mengunjungi Farel di bulan ini. Bulan september ini mereka akan merayakan berdua hari jadian yang ke-tiga tahun. Tak terbayang oleh Vina betapa senangnya ia akan segera bertemu Farel. Kini, harapan itu hampir nyata. Farel akan segera menjemputnya di bandara.
Tak lama dilihatnya sosok yang begitu dirindunya, Farel yang rapi yang senantiasa berkemeja dan wangi. Duh, Vina segera berlari memeluknya. Ada kerinduan yang membuncah. Farel pun terlihat begitu senang dapat bertemu lagi dengan Levina. Tangan kekarnya memeluk tubuh Vina dan lalu menggandengnya hingga ke parkiran
” Met hari jadian ya..” kata Vina manja.
” Iya , moga kita langgeng ya, selamanya saling cinta” balas Farel.
” Aku sudah menyiapkan makan malam buat acara kita ini, kuharap kamu akan suka” kata Farel. Vina tersenyum manis. Ya, saat ini apapun pasti dia suka, asalkan bisa bersama Farel.
Bip! Bip! Vina melihat HPnya. Suara alarm. Dia lupa ternyata pernah mensetting sebuah agenda di hari bersejarahnya ini. Tulisannya cukup kecil di HP Vina tapi cukup jelas terbaca ” Miladnya Faris”. Rupanya keceriaan hari ini sampai-sampai membuat Vina lupa bahwa Faris juga milad di hari yang sama dengan hari jadiannya bersama Faris. Hanya sebuah kebetulan hari jadi itu sama, kadang malah Vina merasa itu menguntungkan dirinya. Sehingga tak pernah terlewatkan memberi ucapan milad pada Faris.
Alarm ini menyelamatkan Vina yang hampir terlupa hari milad Faris. Di bukanya pesan baru dan menuliskan beberapa kata ucapan milad untuk Faris.
” Dari siapa, Vin..?” tanya Farel mengagetkan Vina.
” Oh, cuma alarm agenda kok “
” Memang ada acara lain, Vin kok pake di alarm segala”, tanya Edho menyelidik
” Akh enggak. Ini.. Ini.. Alarm hari jadi kita..”
jawab Vina, asal. Farel tersenyum.
###Akhirnya Vina membatalkan mengirim ucapan milad untuk Farel. Dan ini pertama kalinya sejak mengenal Farel, Vina melewatkan ucapan milad pada Dewa. Selain hari itu dia seharian bersama Edho, di satu sisi kata hati Vina mulai merasa bersalah masih begitu perhatian pada Faris padahal sudah ada Farel di sisinya. Dia pun pasti nggak suka jika tau semisal Vina masih ingat hari milad mantannya, apalagi sampai memberi ucapan selamat apapun.
” Maafkan aku ya Faris,sengaja lupa hari miladmu” kata Vina dalam hati.

###Dua hari kemudian Vina kembali ke Yogja. Tak menunggu lama, malamnya Farel datang.
” Met milad ya, Farel..” sambut Vina. Farel diam saja, wajahnya nampak serius.
” Kamu nggak ngucapin di hari miladku. Nomerku hilang..?” tanya Farel
” Ada kok nomermu. Tapi aku memang nggak ngucapin. Yang penting kan sekarang juga dah ngucapin” jawab Levina polos.
Farel nggak lama berkunjung malam itu. Dia berpamitan. Ada yang beda di raut wajahnya, seperti marah atau benci? Akh, Vina berusaha tak berburuk sangka. dia sudah lama kenal sama Farel. Nggak mungkinlah hanya karena (sengaja) lupa memberi ucapan selamat milad, Farel akan marah.
Tapi sejak hari itu Farel tak pernah datang lagi ke rumah Vina maupun dalam hidup Vina. Bahkan telponnya pun tulalit tiap Vina coba menghubungi.
” Aku ganti nomer.. ” jawab Farel singkat saat Vina menanyakannya dengan berkunjung ke rumah Farel.
” Berapa?”
” 085703148***”
” Oke aku save ya”
Setibanya dirumah, Vina langsung menghubungi nomer baru Farel, dan ternyata tetap tidak nyambung. Tiba-tiba Vina merasa sedih, ia sadar Farel sengaja menjauhi ku. Farel telah memberinya nomer palsu.
” Ya Allah, kenapa jadi begini. Seandainya aku tau betapa pentingnya ucapan milad itu bagi Farel. Tapi Farel.. Kenapa juga kamu berpikiran begitu sempit menganggap ucapan itu adalah jawaban akhir atas apapun prasangkamu. Harusnya kamu lebih bisa mengutarakan semua yang kamu rasa…” tak terasa air mata mengalir di pipi Vina. Sama sekali ia tak menduga hubungan baik yang telah terjalin beberapa tahun ini harus
berakhir hanya karena ia (sengaja) lupa mengucapkan selamat milad.


 Maaf ini cerpen GAJELAS (GAJE) !!1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senyum itu cuma butuh gerakan otot sedikit, Dibanding cemberut

Fadhilah menafkahi ortu